
Penalombok.com, Lombok Timur —Pernyataan Bupati Lombok Timur yang menyatakan akan mempermudah perizinan bagi aktivitas pertambangan sebagai upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) menuai kecaman dari berbagai kalangan, khususnya para pecinta alam dan aktivis lingkungan.
Penolakan ini disuarakan dalam diskusi dan penyetaraan wawasan yang digelar di Lapangan Kampus Universitas Gunung Rinjani, mulai pukul 16.00 WITA hingga selesai. Kegiatan ini dihadiri oleh elemen pemuda, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Organisasi Kepemudaan (OKP), Mahasiswa Pecinta Alam (MAPALA), dan Organisasi Pecinta Alam (OPA) se-Lombok Timur.
Dalam diskusi tersebut, para peserta menyuarakan kekhawatiran mereka terhadap dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh aktivitas pertambangan. Mereka menilai bahwa kebijakan mempermudah izin tambang justru akan memperburuk kondisi lingkungan di Lombok Timur, yang saat ini sudah memiliki 102 titik pertambangan yang berizin dan terdata.
“Langkah ini tidak sejalan dengan semangat pelestarian lingkungan. Justru akan membuka celah kerusakan alam yang lebih besar,” ujar Azhar Pawadi, sekaligus Ketua Umum GEMPAR UGR tersebut.
Para peserta menegaskan bahwa perlindungan lingkungan hidup seharusnya menjadi prioritas utama, bukan dikorbankan demi kepentingan ekonomi jangka pendek. Mereka juga menyerukan agar pemerintah daerah lebih bijak dan melibatkan masyarakat dalam pengambilan kebijakan strategis, khususnya yang berdampak langsung terhadap alam dan kelangsungan hidup masyarakat Lombok Timur.
Tujuan diadakannya pertemuan ini sebagai langkah untuk menyatukan wawasan dan sudut pandang masing-masing organisasi terhadap isu lingkungan yang ada di lombok timur, karena sampai saat ini lombok timur sebagai kabupaten termiskin di provinsi nusa tenggara barat sedangkan sumberdaya alam nya hampir habis untuk di investasikan.***
Unin tutoaq laeq, ” Menang cobaq, kalah cobaq. ”
Artinya Dasar pemikiran itu bisa berbeda walau tujuannya bisa sama maka, upaya dan kegiatan tidak akan berjalan bila diimingi iming dengan pesimisme.
Wallahu a’lam