
Penalombok, opini — Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah Pancor: Refleksi Semangat Kartini dalam Pendidikan Perempuan
Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah (NBDI) adalah madrasah yang didirikan oleh Maulana Syekh Tuan Guru Kyai Haji (TGKH) Muhammad Zainuddin Abdul Madjid pada 21 April 1943 di Pancor, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. NBDI, yang berarti “Kebangkitan Perempuan melalui Pendidikan Keislaman,” menjadi pelopor pendidikan formal bagi perempuan di Lombok. Artikel ini mengulas sejarah dan makna NBDI serta relevansinya dengan semangat Hari Kartini dalam memajukan pendidikan dan emansipasi perempuan.
Makna NBDI
Nama Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah mencerminkan visi besar:
• Nahdlatul: Kebangkitan atau pembangunan.
• Banat: Perempuan atau putri.
• Diniyah: Pendidikan keagamaan Islam.
• Islamiyah: Berlandaskan nilai-nilai Islam.
NBDI didirikan untuk memberdayakan perempuan melalui pendidikan agama dan keterampilan praktis, seperti menjahit dan kerajinan, dengan keyakinan bahwa perempuan terdidik adalah ‘imadul bilad (tiang negara).
Sejarah Pendirian di Pancor
NBDI lahir pada masa penjajahan Belanda, ketika akses pendidikan bagi perempuan sangat terbatas. TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, setelah mendirikan Pesantren Al-Mujahidin (1934) dan Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) untuk laki-laki (1937), melangkah lebih jauh dengan mendirikan NBDI sebagai madrasah khusus perempuan.
Bertepatan dengan Hari Kartini, 21 April 1943, pendirian NBDI mencerminkan semangat emansipasi dan perjuangan melawan keterbelakangan.
Madrasah ini mengajarkan ilmu agama Islam dan keterampilan praktis, dengan kegiatan belajar di sore hari.
Angkatan pertama lulus pada 1949, dan NBDI segera menjadi pusat pendidikan serta pergerakan kemerdekaan melalui Gerakan Al-Mujahidin.
NBDI dan Nahdlatul Wathan
NBDI, bersama NWDI, merupakan madrasah induk organisasi Nahdlatul Wathan (NW), yang berdiri pada 1 Maret 1953. Disebut “Dwi Tunggal Pantang Tanggal”, keduanya menjadi fondasi pendidikan dan dakwah NW. Hingga 1952, cabang NWDI dan NBDI berkembang menjadi 66 madrasah di Lombok, dengan alumni NBDI aktif mendirikan madrasah cabang dan terlibat dalam dakwah serta kegiatan sosial.
Refleksi Hari Kartini
Pendirian NBDI pada 21 April 1943, bertepatan dengan Hari Kartini, menggambarkan keselarasan dengan visi R.A. Kartini tentang pendidikan sebagai kunci emansipasi perempuan. Kartini menulis, “Kami hendak mencari perhubungan dengan laki-laki kaum kami yang terpelajar dan berhalauan kemajuan.” NBDI mewujudkan visi ini dengan memberikan perempuan akses pendidikan formal, mempersiapkan mereka sebagai pendidik, da’i, dan agen perubahan.
Di era modern, semangat NBDI relevan dalam mengatasi tantangan seperti kesenjangan gender dan akses pendidikan. Data Komnas Perempuan menunjukkan perempuan masih menghadapi dampak besar dari kemiskinan pasca-pandemi, dengan rata-rata lama sekolah perempuan (8,3 tahun) lebih rendah dibandingkan laki-laki (8,9 tahun). NBDI menginspirasi upaya memperluas pendidikan inklusif bagi perempuan, sejalan dengan warisan Kartini.
Tantangan dan Harapan
Meskipun NBDI telah melahirkan banyak perempuan terdidik, tantangan seperti stereotip budaya dan keterbatasan ekonomi masih ada. Untuk meneruskan semangat NBDI dan Kartini, diperlukan:
1. Pendidikan Inklusif: Meningkatkan akses pendidikan perempuan, terutama di daerah tertinggal.
2. Pemberdayaan Ekonomi: Memberikan pelatihan kewirausahaan untuk perempuan.
3. Kepemimpinan Perempuan: Mendorong perempuan mengambil peran strategis di masyarakat.
4. Digitalisasi Pendidikan: Memanfaatkan teknologi untuk memperluas jangkauan pendidikan.
Nahdlatul Wathan, dengan lebih dari 1.000 madrasah di Indonesia, termasuk di IKN, terus melanjutkan misi NBDI, memperkuat pendidikan dan dakwah untuk perempuan.
Kesimpulan
Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah Pancor adalah simbol kebangkitan perempuan melalui pendidikan keislaman, didirikan pada 21 April 1943 oleh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid. Bertepatan dengan Hari Kartini, NBDI mencerminkan semangat emansipasi Kartini, memberdayakan perempuan sebagai tiang negara. Warisan NBDI hidup melalui Nahdlatul Wathan, menginspirasi perempuan untuk berperan dalam pendidikan, dakwah, dan pembangunan. Hari Kartini menjadi pengingat untuk terus memperjuangkan pendidikan dan kesetaraan bagi perempuan Indonesia.
Selamat Hari Kartini! Semoga semangat NBDI dan Kartini terus menginspirasi langkah menuju masa depan yang lebih setara.***
Penulis;
Mastur, MA
Komisioner KPUD Provinsi NTB